Rabu, 27 Mei 2015

KOMPONEN ELEKTRONIKA

Kesempatan kali ini kita akan membahas secara detail komponen-komponen elektronika, berikut secara langsung akan dibahas dengan sistematika makalah


BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Ilmu kelistrikan tidak asing lagi untuk didengar maupun dipelajari, mulai dari alat-alat elektronika hingga sistem instalasi sangat beragam bentuknya. Peralatan elektronika yang komplek susunannya, akan kita ketemukan komponen-komponennyayang cukup beragam, seperti tahanan, kondensator, transformator, dioda, transistor dan komponen lainnya.
Setiap mahasiswa yang yang mendapati ilmu elektronika dituntut untuk dapat mengenal, memahami, mengukur serta dapat menghitung nilai dari komponen-komponen elektronika tersebut sebelum merakitnya kedalam bentuk suatu rangkaian.
Komponen elektronika terbilang cukup sulit untuk dipahami dan diaplikasikannya, oleh karena itu para mahasiswa harus mendapatkan referensi-referensi yang terpercaya dan mudah untuk dipahami.
Mahasiswa yang tidak dapat mengukur dan menghitung nilai dari komponen elektronika maka akan menyebabkan mahasiswa kesulitan dalam mengaplikasikan kesebuah rancangan elektronik,  oleh karena itu mahasiswa akan menjadi tidak paham dalam  sebuah rangkaian listrik.
Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik untuk membuat makalah yang berisi pembahasan tentang  mengukur dan menghitung nilai komponen elektronika.

B.     Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah, diantaranya:
1.      Bagaimana cara memahami jenis-jenis dan menghitung nilai Resistor?
2.      Bagaimana cara memahami dan menghitung nilai Kondensator?
3.      Bagaimana cara memahami dan menghitung nilai Dioda?
4.      Bagaimana cara memahami dan menghitung nilai Induktor?
5.      Bagaimana cara memahami dan menghitung nilai Transistor?
6.      Bagaimana cara memahami dan menghitung IC?
C.     Batasan Penulisan
Supaya dalam pembahasan tidak menyimpang dari pokok perumusan masalah yang ada, maka penulis membatasi permasalahan yang ada.
1.      Menjelaskan seputar pengertian, jenis-jenis dan cara menghitung komponen elektronika yang tersebut diatas.

D.    Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui definisi dan jenis-jenis dari masing-masing komponen elektronika
2.      Mengetahui cara menghitung masing-masing komponen elektronika
3.      Mengetahui komponen sebenarnya dalam media gambar

E.     Metode Penulisan
Dalam penulisan dan penyusunan makalah ini yaitu menggunakan referensi dari buku-buku, journal-journal ilmiah dan referensi-referensi yang terkait.

F.      Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah:
1.      Dapat menambah pengetahuan dan wawasan pada ilmu komponen elektronika
2.      Dapat dijadikan referensi atau rujukan dalam mempelajari ilmu elektronika









                                                 BAB II                                                
LANDASAN TEORI

A.    Teori Resistor dan Jenis-Jenisnya
1.      Pengertian Resistor
Resistor adalah komponen listrik yang berfungsi sebagai penahan arus listrik atau membatasi arus yang mengalir. Hambatan atau resistor merupakan kemampuan untuk menghambat arus listrik. Nilai resistansi suatu penghantar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jenis penghantar, panjang penghantar, luas penampang penghantar dan suhu/temperature.
 Bentuk fisik resistor ada bermacam-macam, ada yang berbentuk kotak dan ada pula yang berbentuk selinder. Besar kecilnya resistor tergantung pada kemampuanya dalam menahan panas (daya) semakin besar panas yang mampu diterima semakin besar pula bentuk resistornya. Biasanya kemampuan dari resistor menerima dari arus listrik dinyatakan dalam watt.
Simbol resistor pada suatu rangkaian elektronika pada umumnya dibagi menjadi dua jenis yaitu simbol Amerika dan simbol Eropa, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.
3
Simbol Eropa ditunjukkan oleh R1 sedangkan R2 merupakan simbol Amerika. Kedua simbol tersebut bukan merupakan bentuk asli resistor tetapi simbol tersebut digunakan untuk menggambarkan resistor pada rangkaian elektronika.

2.      Fungsi Resistor
Fungsi resistor dapat diumpamakan dengan sekeping papan yang dipergunakan untuk menahan aliran air yang deras di selokan/parit kecil. Makin besar nilai tahanan, makin kecil arus dan tegangan listrik yang melaluinya. Adapun fungsi lain resistor dalam rangkaian elektronika, yaitu:
a.       Menahan arus listrik agar sesuai dengan kebutuhan suatu rangkaian elektronika
b.       Menurunkan tegangan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh rangkaian elektronika
c.       Membagi tegangan
d.      Sebagai pembagi arus, dll.

3.      Bahan dan Karakteristik Resistor
Resistor memiliki nilai resistansi yang disesuaikan dengan bahan dasar untuk mernbuat Resistor tersebut. Pada mulanya resistor dibuat dari bahan karbon dengan alasan karbon memiliki resistivitas yang tinggi. Bahan karbon tersebut dililit dengan kawat, kemudian diberi kode warna atau nilai tertentu sesuai dengan ukurannya (lihat gambar). Kemudian sesuai dengan perkembangan teknologi telah ditemukan bahan‑bahan lain sebagai bahan dasar pembuatan resistor.
Bahan‑bahan tersebut di antaranya adalah:
-          Film Karbon
-          Film Metal
-          Film Cermet.

4.      Karakteristik Berbagai Macam Resistor
Karakteristik berbagai macam resistor dipengaruhi oleh bahan yang digunakan. Resistansi resistor komposisi tidak stabil disebabkan pengaruh suhu, jika suhu naik maka resistansi turun. Kurang sesuai apabila digunakan dalam rangkaian elektronika tegangan tinggi dan arus besar. Resistansi sebuah resistor komposisi berbeda antara kenyataan dari resistansi nominalnya. Jika perbedaan nilai sampai 10 % tentu kurang baik pada rangkaian yang memerlukan ketepatan tinggi. Resistor variabel resistansinya berubah-ubah sesuai dengan perubahan dari pengaturannya. Resistor variabel dengan pengatur mekanik, pengaturan oleh cahaya, pengaturan oleh temperatur suhu atau pengaturan lainnya. Jika perubahan nilai, resistansi potensiometer sebanding dengan kedudukan kontak gesernya maka potensiometer semacam ini disebut potensiometer linier. Tetapi jika perubahan nilai resistansinya tidak sebanding dengan kedudukan kontak gesernya disebut potensio logaritmis.
Secara teori sebuah resistor dinyatakan memiliki resistansi murni akan tetapi pada prakteknya sebuah resistor mempunyai sifat tambahan yaitu sifat induktif dan kapasitif. Pada dasarnya bernilai rendah resistor cenderung mempunyai sifat induktif dan resistor bernilai tinggi resistor tersebut mempunyai sifat tambahan kapasitif. Suhu memiliki pengaruh yang cukup berarti terhadap suatu hambatan. Didalam penghantar ada elektron bebas yang jumlahnya sangat besar sekali, dan sembarang energi panas yang dikenakan padanya akan memiliki dampak yang sedikit pada jumlah total pembawa bebas. Kenyataannya energi panas hanya akan meningkatkan intensitas gerakan acak dari partikel yang berada dalam bahan yang membuatnya semakin sulit bagi aliran elektron secara umum pada sembarang satu arah yang ditentukan. Hasilnya adalah untuk penghantar yang bagus, peningkatan suhu akan menghasilkan peningkatan harga tahanan. Akibatnya, penghantar memiliki koefisien suhu positif.

5.      Macam-macam Resistor
Jenis resistor terbagi atas berbagai macam jenisnya. Nama dan jenis Resistor tersebut disesuaikan dengan nama bahan dasar yang dipakai membuat Resistor tersebut seperti: Resistor Kawat, Resistor Karbon, Resistor Film dan lain‑lain. Jadi jenis atau macam-macam resistor berdasarkan kelasnya dibagi menjadi 2 yang mana pada umumnya terbuat dari bahan carbon film atau metal film, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk dibuat dari material yang lainnya adalah sebagai berikut:

a.       Resistor tetap (fixed resistor)
Resistor tetap merupakan resistor yang mempunyai nilai tetap atau tidak berubah-ubah. Resistor tetap memiliki ciri – ciri yaitu nilai resistansinya tidak dapat diubah – ubah karena pabrik pembuatnya telah menentukan nilai tetap dari resistor tersebut.
1.      Resistor Kawat
Resistor Kawat ini adalah jenis Resistor pertama yang lahir pada generasi pertama pada waktu rangkaian elektronika masih menggunakan Tabung Hampa (VacuumTube). Bentuknya bervariasi dan pada umumnya memiliki ukuran dan bentuk fisik agak besar. Resistor Kawat ini biasanya banyak dipergunakan dalam rangkaian daya karena memiliki ke tahanan yang tinggi yaitu disipasi terhadap panas yang tinggi. jenis lainnya yang masih dipakai sampai sekarang adalah jenis Resistor dengan lilitan kawat yang dililitkan pada barang keramik kemudian dilapisi dengan bahan semen. Kemampuan dayanya tersedia dalam ukuran 1 Watt, 2 Watt, 5 Watt dan 10 Watt.
Gambar. Resistor Kawat
2.      Resistor Batang Karbon (Arang)
Resistor ini dibuat dari bahan karbon kasar yang diberi lilitan kawat yang kemudian diberi tanda dengan kode warna berbentuk gelang dan untuk pembacaannya. Dapat di lihat padaTabel Kode Warna.
3.      Resistor Keramik atau Porselin
Resistor keramik kebanyakan dilapisi dengan lapisan kaca tipis dipermukaannya, jenis Resistor ini banyak dipergunakan dalam rangkaian‑rangkaian modern seperti sekarang ini karena bentuk fisiknya kecil dan memiliki ketahanan yang tinggi. Di pasaran kita akan menjumpai Resistor jenis ini dengan ukuran bervariasi mulai dari 1/4Watt, 1/3 Watt, 1/2Watt, 1 Watt dan 2 Watt.
Gambar. Resistor Kramik atau Porselin


4.      Resistor Film Karbon
Sejalan dengan perkembangan teknologi para produsen komponen elektronika telah memunculkan jenis Resistor yang dibuat dari bahan karbon dan dilapisi dengan bahan film yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar. Nilai resistansinya dicantumkan dalam bentuk kode warna seperti pada Resistor Karbon.
Gambar. Resistor Film Karbon
5.      Resistor Film Metal
Resistor Film Metal dibuat dengan bentuk hampir menyerupai Resistor Film Karbon, memiliki stabilitas yang tinggi dan tahan terhadap perubahan temperatur. Selain sifat‑sifat seperti di atas Resistor Film Metal memiliki toleransi yang rendah. Resistor Film Metal banyak dipergunakan dalam rangkaian‑rangkaian yang menuntut ketelitian yang tinggi seperti peralatan ukur atau peralatan yang menggunakan teknologi tinggi.
6.      Resistor Tipe Film Tebal
Resistor jenis ini bentuknya mirip dengan Resistor Film Metal, namun Resistor ini dirancang khusus agar memiliki kehandalan yang tinggi. Sebagai contoh sebuah Resistor Film Tebal dengan ratingdaya 2 Watt saja sudah mampu untuk dipakai menahan beban tegangan di atas satuan Kilo Volt.

b.      Resistor Variabel (Resistor Tidak Tetap)
Resistor Tidak Tetap adalah Resistor yang nilai resistansinya(tahanannya) dapat dirubah‑rubah sesuai dengankeperluan dan perubahannya dapat dilakukan dengan jalan menggeser atau memutar pengaturnya dan beberapa jenis lainnya dapat berubah sesuai dengan sifat dari jenis bahan pembuatnya.
Maksud dan tuiuan dari nemasangan Resistor Tidak Tetap dalam suatu rangkaian adalah dengan tujuan:
1.      Untuk mengatur besar kecilnya arus dan tegangan dalam suatu rangkaian
2.      Sebagai pembagi tegangan
3.      Sebagai pembagi arus
Dalam prakteknya kita mengenal bermacam‑macam Resistor Tidak Tetap di antaranya:
1.      Potensiometer
Potensiometer merupakan komponen pembagi tegangan yang dapat disetel sesuai dengan keinginan. Bentuk fisik dari Potensiometer pada umumnya besar dan dibuat dari bahan kawat atau arang (karbon).
Potensiometer yang dibuat dari kawat adalah jenis Potensiometer lama yang lahir pada generasi pertama pada waktu rangkaian elektronika masih menggunakan Tabung Hampa (Vacuum Tube). Potensiometer jenis ini pada umumnya memiliki keandalan yang tinggi. Namun demikian potensiometer seperti ini sudah jarang dipergunakan lagi karena fisiknya yang besar akan memakan tempat yang luas. Potensiometer yang terbuat dari kawat ini perubahan nilai tahanannya adalah bersifat linier dan biasanya diberi tanda dengan huruf B, sedangkan untuk Potensiometer yang terbuat dari bahan karbon perubahan nilai tahanannya bersifat logaritmis dan diberi tanda huruf A. Yang dimaksud dengan Potensiometer Linier adalah potensiometer yang perubahan nilai tahanannya sebanding dengan putaran pengaturnya sedangkan Potensiometer Logaritmis perubahan nilai tahanannya berdasarkan pcrhitungan logaritma. Bentuk fisik dari potensiometer adalah seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar Potensio meter
Sesuai dengan pemakaiannya Potensiometer terbagi menjadi:
- Potensiometer yang tidak dilengkapi dengan saklar, potensiometer jenis ini pada umumnya memiliki nilai tahanan 50 Kilo Ohm, 100 Kilo Ohm dan banyak dipergunakan sebagai pengatur volume, nada tinggi (treble) dan nada rendah (bass)
-Potensiometer yang dilengkapi saklar, potensiometer jenis ini penggunaannya selain dipakai sebagai pengatur volume juga berfungsi sebagai saklar (Saklar ON‑OFF) pada pesawat Radio Transistor
- Potensiometer Ganda (bertingkat), potensiometer ini terdiri dari 2 buah potensiometer yang dihubungkan menjadi satu dalam satu poros dan biasanya dipergunakan dalarn rangkaian‑rangkaian Stereo
Bentuk fisiknya seperti Pada Gambar berikut ini:

Gambar. Potensiometer Ganda
2.      Potensiometer Geser
Potensiometer geser juga termasuk sebagai potensiometer pengatur tegangan. Dalam operasinya, untuk mendapatkan nilai tahanan tertentu dapat dilakukan dengan cara menggeser tangkai pemegangnya seperti pada gambar disamping kiri.
Gambar. Potensiometer Geser
3.      Trimpot
Trimpot adalah kependekan dari Tripotensiometer, bentuk­ nya kecil dan nilai tahanannya dapat dirubah‑rubah dengan cara memutar lubang coakan dengan menggunakan obeng kecil. Seperti halnya dengan Potensiometer, Trimpot juga diberi tanda huruf A atau huruf B pada bagian badannya untuk mengetahui jenis linier atau logaritmis. Trimpot sebagai bahan resistifnya dibuat dari bahan karbon atau arang.
4.      Potensiotneter Preset
Potensiometer Preset bentuknya sangat kecil dan pengaturannya sama dengan Trimpot yaitu dengan menggunakan obeng, yang diputar pada bagian lubang coakan. Potensio meter Preset biasanya dipergunakan untuk penyetelan­ penyetelan yang bersifat sementara dalam suatu rangkaian.


5.      NTC dan PTC
NTC adalah singkatan dari Negative Temperature Coefficient sedangkan PTC adalah singkatan dari Positive Temperature Coefficient. Sifat dari komponen NTC adalah Resistor yang nilai tahanannya akan menurun apabila temperatur sekelilingnya naik dan sebaliknya komponen PTC adalah Resistor yang nilai tahanannya akan bertambah besar apabila temperaturnya turun. Komponen NTC clan PTC biasanya dipergunakan sebagai sensor dalam peralatan pengukur panas atau juga disebut thermistor. Bentuk fisiknya seperti pada gambar.
6.      LDR (Light Dependent Resistor)
LDR adalah singkatan dari Light Dependent Resistor yaitu Resistor yang tergantung cahaya, artinya nilai tahanannya akan berubah‑rubah apabila terkena cahaya dan perubahannya tergantung dari intensitas cahaya yang diterimanya.
LDR dibuat dari bahan sejenis semikonduktor. Komponen ini biasanya banyak dipergunakan sebagai sensor dalam rangkaian‑rangkaian tertentu seperti Rangkaian Lampu Taman atau Alarm. Bentuk fisiknya adalah seperti pada gambar di bawah ini:
7.      VDR (Voltage Dependent Resistor)
VDR adalah singkatan dari VoltageDependent Resistoryaitu Resistor yang nilai tahanannya akan berubah tergantung dari tegangan yang diterimanya. Sifat dari VDR adalah semakin besar tegangan yang diterimanya maka tahanannya akan semakin mengecil sehingga arus yang melalui VDR akan bertambah besar.
Dengan adanya sifat tersebut, maka VDR sangat baik dipergunakan sebagai alat stabilizer bagi komponen Transistor. Bentuk fisiknya adalah seperti pada gambar.

Beberapa cara untuk menghitung nilai hambatan sebuah resistor adalah sebagai berikut:
1        Memanfaatkan tabel kode warna resistor
2        Menggunakan multimeter secara analog dan digital
3        Menggunakan software Resistor Color Coder maupun Color Coder (ColCod)
4        Menggunakan Simulasi.

B.     Teori Kondensator dan Jenis-Jenisnya
1.      Pengertian
Kondensator atau sering disebut sebagai kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpanenergi didalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik. Kondensator memiliki satuan yang disebut Farad dari nama Michael Faraday. Kondensator juga dikenal sebagai "kapasitor", namun kata "kondensator" masih dipakai hingga saat ini. Pertama disebut oleh Alessandro Volta seorang ilmuwan Italia pada tahun 1782 (dari bahasa Itali condensatore), berkenaan dengan kemampuan alat untuk menyimpan suatu muatan listrik yang tinggi dibanding komponen lainnya. Kebanyakan bahasa dan negara yang tidak menggunakan bahasa Inggris masih mengacu pada perkataan bahasa Italia "condensatore", bahasa Peranciscondensateur, Indonesia dan JermanKondensator atau SpanyolCondensador.
Kondensator atau kapasitor adalah dua  sebutan untuk benda yang sama walaupun ada perbedaan penyebutan istilah ini dalam praktek sehari-hari. Kondensator yang bernilai diatas 1 µF (mikro farad) dan memiliki polaritas (+) positif dan (-) negatif, sering disebut sebagai Elco (Electrolit condensator), sedangkan kondensator yang bernilai dibawah  1 µF sering disebut Kapasitor saja
 Kondensator diidentikkan mempunyai dua kaki dan dua kutub yaitu positif dan negatif serta memiliki cairan elektrolit dan biasanya berbentuk tabung.
Lambang kondensator (mempunyai kutub) pada skema elektronika.

Sedangkan jenis yang satunya lagi kebanyakan nilai kapasitasnya lebih rendah, tidak mempunyai kutub positif atau negatif pada kakinya, kebanyakan berbentuk bulat pipih berwarna coklat, merah, hijau dan lainnya seperti tablet atau kancing baju.
Lambang kapasitor (tidak mempunyai kutub) pada skema elektronika.

Satuan dari kapasitansi kondensator adalah Farad (F). Adapun cara memperbesar kapasitansi kapasitor atau kondensator dengan jalan:
a.       Menyusunnya berlapis-lapis
b.      Memperluas permukaan variabel
c.       Memakai bahan dengan daya tembus besar
2.      Karakteristik Kondensator
Karakteristik kondensator
Tipe
Jangkauan
Tegangan AC lazim (V)
Tegangan DC lazim (V)
Stabilitas
10 nF - 10 uF
± 10%
500 V
600 V
300 ppm/C
0,1 MHz
0,01
109
lumayan
5 pF - 10 nF
± 0,5%
-
400 V
100 ppm/C
10 MHz
0,0005
1011
Baik sekali
5 pF - 1 uF
± 10%
250 V
400 V
30 ppm/C
10 MHz
0,01
108
Baik
50 pF - 500 nF
± 1%
150 V
500 V
-150 ppm/C
10 MHz
0,0005
1012
Baik sekali
100 pF - 2 uF
± 5%
400 V
400 V
400 ppm/C
1 MHz
0,001
1011
Cukup
1 nF - 100 uF
± 5%
600 V
900 V
170 ppm/C
1 MHz
0,0005
1010
Cukup
1 uF - 1 F
± 50%
Terpolarisasi
400 V
1500 ppm/C
0,05 MHz
0,05
108
Cukup
1 uF - 2000 uF
± 10%
Terpolarisasi
60 V
500 ppm/C
0,1 MHz
0,005
108
Baik
3.      Jenis Kondensator
Berdasarkan kegunaannya kondensator dibagi dalam:
a.       Kondensator tetap (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah)
Kondensator tetap ialah suatu kondensator yang nilainya konstan dan tidak berubah-ubah (nilai kapasitasnya tetap tidak dapat diubah). Kondensator tetap ada tiga macam bentuk :
1.      Kondensator Keramik (Ceramic Capacitor)
Bentuknya ada yang bulat tipis, ada yang persegi empat berwarna merah, hijau, coklat dan lain-lain. Dalam pemasangan di papan rangkaian (PCB), boleh dibolak-balik karena tidak mempunyai kaki positif dan negatif. Mempunyai kapasitas mulai dari beberapa piko Farad sampai dengan ratusan Kilopiko Farad (KpF). Dengan tegangan kerja maksimal 25 volt sampai 100 volt, tetapi ada juga yang sampai ribuan volt.
2.      Kondensator Polyester
Pada dasarnya sama saja dengan kondensator keramik begitu juga cara menghitung nilainya. Bentuknya persegi empat seperti permen. Biasanya mempunyai warna merah, hijau, coklat dan sebagainya.
3.      Kondensator Kertas
Kondensator kertas ini sering disebut juga kondensator padder. Misal pada radio dipasang seri dari spul osilator ke variabel condensator. Nilai kapasitas yang dipakai pada sirkuit oscilator antara lain:
Kapasitas 200 pF - 500 pF untuk daerah gelombang menengah (Medium Wave / MW) = 190 meter - 500 meter.
Kapasitas 1.000 pF - 2.200 pF untuk daerah gelombang pendek (Short Wave / SW) SW 1 = 40 meter - 130 meter.
Kapasitas 2.700 pF - 6.800 pF untuk daerah gelombang SW 1, 2, 3 dan 4, = 13 meter - 49 meter.
b.      Kondensator elektrolit (Electrolite Condenser = Elco)
Kondensator elektrolit atau Electrolytic Condenser (Elco) adalah kondensator yang biasanya berbentuk tabung, mempunyai dua kutub kaki berpolaritas positif dan negatif, ditandai oleh kaki yang panjang positif sedangkan yang pendek negatif atau yang dekat tanda minus ( - ) adalah kaki negatif. Nilai kapasitasnya dari 0,47 μF (mikroFarad) sampai ribuan mikroFarad dengan voltase kerja dari beberapa volt hingga ribuan volt.
Selain kondensator elektrolit (Elco) yang mempunyai polaritas, ada juga kondensator jenis elco yang berpolaritas yaitu kondensator solid tantalum.dan ada Elco yang Non Polaritas pada kakinya tidak ada kutub (+) dan (-).
Kerusakan umum pada kondensator elektrolit di antaranya adalah :
1.       Kering (kapasitasnya berubah)
2.       Konsleting
3.       Meledak, yang dikarenakan salah dalam pemberian tegangan positif dan negatifnya, jika batas maksimum voltase dilampaui juga bisa meledak
c.       Kondensator variabel (nilai kapasitasnya dapat diubah-ubah)
Kondensator variabel dan trimmer adalah jenis kondensator yang kapasitasnya bisa diubah-ubah. Kondensator ini dapat berubah kapasitasnya karena secara fisik mempunyai poros yang dapat diputar dengan menggunakan obeng.
Kondensator variabel (Varco) terbuat dari logam, mempunyai kapasitas maksimum sekitar 100 pF (pikoFarad)  sampai 500 pF (100pF = 0.0001μF). Kondensator variabel dengan spul antena dan spul osilator berfungsi  sebagai pemilih gelombang frekuensi tertentu yang akan ditangkap. Sedangkan kondensator trimer dipasang paralel dengan variabel kondensator berfungsi untuk menepatkan pemilihan gelombang frekuensi tersebut.Kondensator trimer mempunyai kapasitas dibawah 100 pF (pikoFarad).
C.     Teori Dioda dan Jenis-Jenisnya
1        Pengertian
Dioda adalah piranti elektronik yang hanya dapat melewatkan arus dalam satu arah saja. Karena itu, dioda dapat dimanfaatkan sebagai penyearah arus listrik, yaitu piranti elektronik yang mengubah arus atau tegangan bolak-balik (AC) menjadi arus tegangan searah (DC).
2        Prinsip Kerja
Dioda terbentuk dari bahan semikonduktor tipe P dan N yang digabungkan, dengan demikian dioda sering disebut PN junction. Dioda adalah gabungan bahan semikonduktor tipe N yang merupakan bahan dengan kelebihan elektron dan tipe P adalah kekurangan satu elektron sehingga membentuk Hole. Hole dalam hal ini berfungsi sebagai pembawa muatan. Apabila kutub P pada dioda (biasa disebut anode) dihubungkan dengan kutub positif sumber maka akan terjadi pengaliran arus listrik dimana elektron bebas pada sisi N (katode) akan berpindah mengisi hole sehingga terjadi pengaliran arus.
Sebaliknya apabila sisi P dihubungkan dengan negatif baterai / sumber, maka elektron akan berpindah ke arah terminal positif sumber. Didalam dioda tidak akan terjadi perpindahan elektron.
3        Jenis-jenis Dioda
Pada dasarnya setiap dioda memiliki karakteristik yang sama tetapi ada beberapa dioda yang memiliki keistimewaan khusus, diantaranya :
a.             Dioda hubungan
Dioda yang dapat menghantarkan arus dan tegangan yang besar pada satu arah saja. Contoh : IN4001, IN4002

                b.      Dioda kontak titik     
   Dioda ini berfungsi untuk mengubah frekuensi tinggi ke frekuensi rendah. Contoh : IN60, OA70
                c.      Dioda Zener
Dioda zener adalah tipe dioda yang spesial, dimana arus dapat mengalir pada arah kebalikan. Dioda zener sebenarnya sama seperti dioda biasa dapat mengalirkan arus pada arah bias maju. Jika di bias terbalik juga bekerja seperti biasa, kecuali bila mencapai tegangan yang bekerja pada zener / breakdown voltage, dioda zener akan mengalirkan arus listrik dalam arah bias terbalik atau mundur. Dioda menolak aliran arus pada arah kebalikan selama tegangan balik (reversing voltage) tetap rendah. Tetapi jika tegangan mendekati batas breakdown, dioda zener akan dialiri arus pada arah kebalikan. Dengan kata lain tahanan dioda zener breakdown mendekati nol dan arus balik (reverse current) dapat mengalir.
Apabila arah arus ke depan, dioda zener memiliki karakteristik yang sama dengan dioda-dioda secara umum, tetapi karakteristik lainnya adalah arus akan mengalir ke dioda zener secara tiba-tiba dari satu tegangan balik tertentu apabila tegangan digunakan pada arah berlawanan. Tegangan kerja pada saat itu disebut dengan tegangan breakdown yang besarnya antara beberapa volt sampai beberapa ratus volt. Aplikasi dioda zener pada otomotif adalah pada sistem pengisian elektronika dan beberapa komponen-komponen elektronik lainnya. Ukuran dioda zener yang banyak dijumpai di pasaran adalah :
·         Tegangan Zener : dibuat dalam berbagai ukuran tegangan, misal 3.3, 4.7, 5.1, 6.2, 6.8, 9.1, 10, 11, 12, 13, 15 sampai 200 volt
·         Untuk ukuran daya lebih banyak dibutuhkan dalam arah/bias mundur contoh : P= 1.0,7=0,7 W, bias maju arus 1 A. P= 1.10=10 watt, bias mundur 1 A
d.      Light Emiting Dioda (LED)
LED merupakan jenis dioda yang mampu menghasilkan cahaya apabila pada dioda tersebut bekerja tegangan 1.8V dan arus listrik 1.5mA dengan arah forward bias / bias arus maju. Arus listrik juga akan bekerja hanya pada arus bias maju. LED didesign dengan rumah atau case dari bahan epoxy trasnparan. Warna cahaya yang dihasilkan dapat dibuat sesuai dengan dopping bahan pada LED.
e.   Dioda Foto
Jika semi konduktor menyerap cahaya, maka dapat tercipta pasangan elektron bebas-lubang yang melebihi jumlah yang telah ada dalam semi konduktor itu akibat kegiatan termal. Gejala ini disebut penyerapan foto (foto absorption). Meningkatnya konduktifitas listrik akibat kelebihan muatan pembawa oleh penyerapan foto disebut konduktifitas foto (foto konduktivitas). Jika bungkus semi konduktor diberi “jendela” transparan (tembus cahaya) maka konduktifitas listrik semi konduktor tergantung pada intensitas cahaya yang jatuh padanya. Inilah prinsip kerja sebuah dioda foto.
D.    Teori Induktor dan Jenis-Jenisnya
Induktor adalah komponen yang tersusun dari lilitan kawat. Induktor termasuk juga komponen yang dapat menyimpan muatan listrik. Bersama kapasitor induktor dapat berfungsi sebagai rangkaian resonator yang dapat beresonansi pada frekuensi tertentu.
Fungsi pokok induktor adalah untuk menimbulkan medan maknet. Induktor berupa kawat yang digulung sehingga menjadi kumparan kemampuan induktor untuk menimbulkan medan magnet disebut konduktansi. Satuan induktansi adalah henry  (H) atau milihenry (mH). Metode untuk memperbesar induktansi, yaitu dengan didalam kumparan disisipkan bahan sebagai inti. Induktor yang berinti dari bahan besi disebut elektromagnet. Induktor memiliki sifat menahan arus AC dan konduktif terhadap arus DC.
1.      Jenis-Jenis Induktor
a.    Fixed coil, yaitu induktor yang memiliki harga yang sudah pasti. Biasanya dinyatakan dalam kode warna seperti yang diterapkan pada resistor. Harganya dinyatakan dalam satuan mikrohenry (μH)
b.    Variable coil, yaitu induktor yang harganya dapat diubah-ubah atau disetel. Contohnya adalah coil yang digunakan dalam radio
c.    Choke coil (kumparan redam), yaitu coil yang digunakan dalam teknik sinyal frekuensi tinggi
2.      Kontruksi Induktor
Induktor dikonstruksi sebagai sebuah lilitan dari bahan penghantar, biasanya kawat tembaga, digulung pada inti magnet berupa udara atau bahan feromagnetik. Bahan inti yang mempunyai permeabilitas magnet yang lebih tinggi dari udara meningkatkan medan magnet dan menjaganya tetap dekat pada induktor, sehingga meningkatkan induktansi induktor. Induktor frekuensi rendah dibuat dengan menggunakan baja laminasi untuk menekan arus eddy. Ferit lunak biasanya digunakan sebagai inti pada induktor frekuensi tinggi, dikarenakan ferit tidak menyebabkan kerugian daya pada frekuensi tinggi seperti pada inti besi. Ini dikarenakan ferit mempunyai lengkung histeresis yang sempit dan resistivitasnya yang tinggi mencegah arus eddy. Induktor dibuat dengan berbagai bentuk. Sebagian besar dikonstruksi dengan menggulung kawat tembaga email disekitar bahan inti dengan kaki-kaki kawat terlukis keluar. Beberapa jenis menutup penuh gulungan kawat didalam material inti, dinamakan induktor terselubungi. Beberapa induktor mempunyai inti yang dapat diubah letaknya, yang memungkinkan pengubahan induktansi. Induktor yang digunakan untuk menahan frekuensi sangat tinggi biasanya dibuat dengan melilitkan tabung atau manik-manik ferit pada kabel transmisi.
Induktor kecil dapat dicetak langsung pada papan rangkaian cetak dengan membuat jalur tembaga berbentuk spiral. Beberapa induktor dapat dibentuk pada rangkaian terintegrasi menhan menggunakan inti planar. Tetapi bentuknya yang kecil membatasi induktansi. Dan girator dapat menjadi pilihan alternatif.
3.      Jenis-Jenis Lilitan
a.       Lilitan ferit sarang madu 
Lilitan sarang madu dililit dengan cara bersilangan untuk mengurangi efek kapasitansi terdistribusi. Lilitan ini sering digunakan pada rangkaian tala pada penerima radio dalam jangkah gelombang menengah dan gelombang panjang. Karena konstruksinya, induktansi tinggi dapat dicapai dengan bentuk yang kecil.
b.      Lilitan inti toroid 
Lilitan toroid dapat dibuat dari lilitan silinder dengan menghubungkannya menjadi berbentuk donat, sehingga menyatukan kutub utara dan selatan. Pada lilitan toroid, medan magnet ditahan pada lilitan. Ini menyebabkan lebih sedikit radiasi magnetik dari lilitan, dan kekebalan dari medan magnet eksternal.


E.     Teori Transistor dan Jenis-Jenisnya
1.    Pengertian
Transistor adalah komponen terpenting yang ada dalam dunia elektronika. Secara garis besar ada 2 macam transistor yaitu : BJT (Bipolar Junction Transistor) dan FET (Field Effect Transistor). Transistor BJT mempunyai tiga kaki utama yaitu : Emiter (E), colector (C) dan base (B).
Dari transistor dapat dibuat rangkaian penguat atau amplifier. Penguatan dapat diambil dengan berbagai cara dengan menggunakan transistor. Transistor bipolar biasanya digunakan sebagai saklar elektronik dan penguat pada rangkaian elektronika digital. Transistor memiliki 3 terminal dan biasanya dibuat dari bahan silikon atau germanium. Kaki transistor ini dapat dikombinasikan menjadi jenis N-P-N atau P-N-P. Transistor memiliki dua sambungan, yaitu antara emitter dan basis dan antara kolektor dan basis. Karena itu, sebuah transistor seperti dua buah dioda yang saling bertolak belakang yaitu dioda emitter - basis, atau disingkat dengan emitter dioda dan dioda kolektor - basis, atau disingkat dengan dioda kolektor. Berikut ini merupakan gambar dan simbol dari transistor, baik NPN maupun PNP.







Pada rangkaian elektronik, sinyal inputnya adalah 1 atau 0 ini selalu dipakai pada basis transistor, yang mana collector dan emittor sebagai penghubung untuk pemutus ( short ) atau sebagai pembuka rangkaian. Aturan / prosedur transistor sebagai berikut:
Ø  ada transistor NPN, pemberian tegangan positif dari basis ke emittor, menyebabkan hubungan collector ke emittor terhubung singkat, yang menyebabkan transistor aktif ( ON ). Pemberian tegangan negatif atau 0 V dari basis ke emittor menyebabkan hubungan collector dan emittor terbuka, yang disebut transistor mati ( OFF ).
Ø  Pada transistor PNP, pemberian tegangan negatif dari basis ke emittor ini akan menyalakan transistor ( ON ). Dan pemberian tegangan positif dari basis ke emittor ini akan membuat transistor mati ( OFF ).


2.         Karakteristik Input Transistor
Bagian emittor-basis dari transistor merupakan dioda, maka apabila dioda emittor-basis dibias maju maka kita mengharapkan akan melihat grafik arus terhadap tegangan dioda biasa. Saat tegangan dioda emittor-basis lebih kecil dari potensial barriernya, maka arus basis (Ib) akan kecil. Ketika tegangan dioda melebihi potensial barriernya, arus basis (Ib) akan naik secara cepat.
3.         Karakteristik Output Transistor
Sebuah transistor memiliki empat daerah operasi yang berbeda yaitu daerah aktif, daerah saturasi, daerah cutoff, dan daerah breakdown. Jika transistor digunakan sebagai penguat, transistor bekerja pada daerah aktif. Jika transistor digunakan pada rangkaian digital, transistor biasanya beroperasi pada daerah saturasi dan cutoff. Daerah breakdown biasanya dihindari karena resiko transistor menjadi hancur terlalu besar.
F.      Teori IC dan Jenis-Jenisnya
1.      Pengertian
Integrated Circuit (IC) adalah suatu komponen elektronik yang dibuat dari bahan semi conductor, dimana IC merupakan gabungan dari beberapa komponen seperti Resistor, Kapasitor, Dioda dan Transistor yang telah terintegrasi menjadi sebuah rangkaian berbentuk chip kecil, IC digunakan untuk beberapa keperluan pembuatan peralatan elektronik agar mudah dirangkai menjadi peralatan yang berukuran relatif kecil.
2.      Keunggulan IC (Advantages)
IC telah digunakan secara luas diberbagai bidang, salah satunya dibidang industri Dirgantara, dimana rangkaian kontrol elektroniknya akan semakin ringkas dan kecil sehingga dapat mengurangi berat Satelit, Misil dan jenis-jenis pesawat ruang angkasa lainnya. Desain komputer yang sangat kompleks dapat dipermudah, sehingga banyaknya komponen dapat dikurangi dan ukuran motherboardnya dapat diperkecil. Contoh lain misalnya IC digunakan di dalam mesin penghitung elektronik(kalkulator), juga telepon seluler(ponsel) yang bentuknya relatif kecil.
Di era teknologi canggih saat ini, peralatan elektronik dituntut agar mempunyai ukuran dan beratnya seringan dan sekecil mungkin, dan hal itu dapat dimungkinkan dengan penggunaannya IC.
Selain ukuran dan berat IC yang kecil dan ringan, IC juga memberikan keuntungan lain yaitu bila dibandingkan dengan sirkit-sirkit keonvensional yang banyak menggunakan komponen, IC dengan sirkit yang relatif kecil hanya mengkonsumsi sedikit sumber tenaga dan tidak menimbulkan panas berlebih sehingga tidak membutuhkan pendinginan (cooling system).
3.      Kelemahan-kelemahan IC(Disanvantages)
Pada uraian sebelumnya nampak seolah-olah IC begitu sempurna dibanding komponen elektronik konvensional, padalah tak ada sesuatu komponen yang tidak memiliki kelemahan.
Kelemahan IC antara lain adalah keterbatasannya di dalam menghadapi kelebihan arus listrik yang besar, dimana arus listrik berlebihan dapat menimbulkan panas di dalam komponen, sehingga komponen yang kecil seperti IC akan mudah rusak jika timbul panas yang berlebihan.
Keterbatasan IC dalam menghadapi tegangan yang besar, dimana tegangan yang besar dapat merusak lapisan isolator antar komponen di dalam IC Contoh kerusakan misalnya, terjadi hubungan singkat antara komponen satu dengan lainnya di dalam IC, bila hal ini terjadi, maka IC dapat rusak dan menjadi tidak berguna.

4.      Kemasan IC (Packages)
Ditinjau dari teknik pembuatan dan bahan baku yang digunakan, terdapat 4 (empat) jenis IC, yaitu : Jenis Monolithic, Thin film, dan Hybrid. Khusus untuk jenis hybrid, yang merupakan gabungan dari thin-film, monolithic dan thick-film.
Terlepas dari teknik pembuatan dan bahan yang digunakan, keempat jenis IC tersebut dibalut dalam kemasan (packages) tertentu agar dapat terlindungi dari gangguan luar, seperti terhadap kelembaban, debu, dan kontaminasi zat lainnya.
Kemasan IC dibuat dari bahan ceramic dan plastik, serta didesain untuk mudah dalam pemasangan dan penyambungannya. Ada berbagai jenis kemasan IC dan yang paling populer dan umum digunakan, antara lain :
-DIP(Duel in- line Packages) -SIP(Single in-line Packages) -QIP(Quad in-line Packages) -SOP(Small Outline Packages) -Flat Packs -TO-5, TO-72,TO-202 dan TO-220 style Packages

5.      TTL (Transistor transistor Logic)
IC yang paling banyak digunakan secara luas saat ini adalah IC digital yang dipergunakan untuk peralatan komputer, kalkulator dan system kontrol elektronik. IC digital bekerja dengan dasar pengoperasian bilangan Biner Logic (bilangan dasar 2) yaitu hanya mengenal dua kondisi saja 1(on) dan 0(off).
Jenis IC digital terdapat 2 (dua) jenis yaitu TTL dan CMOS. Jenis IC-TTL dibangun dengan menggunakan transistor sebagai komponen utamanya dan fungsinya dipergunakan untuk berbagai variasi Logic, sehingga dinamakan Transistor.
a.    Transistor Logic
Kemasan IC terdapat beberapa macam gate (gerbang) didalamnya yang dapat melakukan berbagai macam fungsi logic seperti AND, NAND, OR, NOR, XOR serta beberapa fungsi logic lainnya seperti Decoder, Encoder, Multiflexer dan Memory sehingga pin (kaki) IC jumlahnya banyak dan bervariasi ada yang 8,14,16,24 dan 40.
Pada gambar diperlihatkan IC dengan gerbang NAND yang mengeluarkan output 0 atau 1 tergantung kondisi kedua inputnya.
IC TTL dapat bekerja dengan diberi tegangan 5 Volt.
6.      IC- CMOS
C-MOS (Complementary with MOSFET) berisi rangkaian yang merupakan gabungan dari beberap komponen MOSFET untuk membentuk gate-gate dengan fungsi logic seperti halnya IC-TTL. Satu kemasan IC C-MOS dapat berisi beberapa macam gate (gerbang) yang dapat melakukan berbagai macam fungsi logic seperti AND, NAND, OR, NOR, XOR serta beberapa fungsi logic lainnya seperti Decoders, Encoders, Multiflexer dan Memory.
Pada gambar diperlihatkan IC dengan gerbang NOR yang mengeluarkan output 0 atau 1 tergantung kondisi kedua inputnya.
IC C-MOS dapat bekerja dengan tegangan 12 Volt.


7.      IC Linear (Linear IC's)
Perbedaan utama dari IC Linear dengan Digital ialah fungsinya, dimana IC digital beroperasi dengan menggunakan sinyal kotak (square) yang hanya ada dua kondisi yaitu 0 atau 1 dan berfungsi sebagai switch/saklar, sedangkan IC linear pada umumnya menggunakan sinyal sinusoida dan berfungsi sebagai amplifier (penguat). IC linear tidak melakukan fungsi logic seperti halnya IC-TTL maupun C-MOS dan yang paling populer IC linier didesain untuik dikerjakan sebagai penguat tegangan.
Dalam kemasan IC linier terdapat rangkaian linier, dimana kerja rangkaiannya akan bersifat proporsional atau akan mengeluarkan output yang sebanding dengan inputnya. Salah satu contoh IC linear adalah jenis Op-Amp.





BAB III
METODE PENULISAN

Metode Pengumpulan Data dan  atau Informasi
Makalah  ini dikerjakan melalui metode :
1.      Studi Pustaka
a.       Internet
b.      Buku
c.       Jurnal-jurnal







BAB IV
PEMBAHASAN

A.    Cara Membaca Nilai Resistor dengan Kode Warna
1.      Menghitung Secara Manual
Menghitung nilai resistor secara manual bisa dilihat pada warna gelang yang melingkupinya, biasanya 4 gelang, 5 gelang dan 6 gelang. Untuk mengetahui kode warna pada resistor yaitu dengan memanfaatkan tabel kode warna resistor.
35
 

2.      Menghitung dengan Multimeter
Berikut langkah-langkah mengukur nilai resistor dengan menggunakan multimeter:
a.       Menggunakan multimeter digital
1)      Arahkan saklar pemilih menuju kesimbol resistor
2)      Sambungkan ujung kabel multimeter ke kaki-kaki resistor
3)      Lihat panel layar display, akan terlihat besarnya nilai dari tahanan yang diukur.
a.    Menggunakan multimeter analog
1)      Arahkan saklar keposisi W, untuk:
      x1 dimasudkan hasil yang dihasilkan jarum dikalikan 1W
      x10 dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 10W
      x100 dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 100W
      x1k dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 1000W
      x10k dimaksudkan hasil yang dihasilkan jarum dikali 10.000W.
2)      Hubungkan kabel multimeter kekaki resistor
3)      Lihat jarum yang dihasilkan, kemudian kalikan hasil tersebut dengan faktor pengali (x1, x10, x100, x1k, x10k).
b.    Mengukur variabel resistor menggunakan multimeter
1)      Atur saklar jangkauan ukur pada posisi W
2)      Batas ukur (range) pada posisi x1, x10, x100 atau kW tergantung dari nilai resisitor variabel yang akan diukur
3)      Ujung dari kedua kabel penyidik dipertemukan
4)      Menggunakan tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero adjustment), atur posisi jarum pada papan skala hingga menunjukkan angka nol
5)      Letakkan kedua ujung kabel penyidik pada terminal a dan b dari variabel resisitor
6)      Putar tuas searah jarum jam (untuk preset gunakan obeng minus)
7)      Jarum pada papan skala akan ikut bergerak ke kanan, artinya variabel resistor masih baik dan dapat digunakan
8)      Letakkan kedua ujung kabel penyidik pada terminal b dan c dari variabel resistor
9)      Putar tuas searah jarum jam
10)  Jarum pada papan skala ikut bergerak ke kiri, artinya variabel resistor masih baik dan dapat digunakan.
c.    Mengukur resistor peka cahaya/Light Dependent Resistor (LDR)
1)      Atur saklar pada posisi W
2)      Batas ukur (range) pada posisi x1, x10, x100 atau kW sesuai kebutuhan
3)      Ujung dari kedua kabel penyidik dipertemukan
4)      Menggunakan tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero adjustment), atur posisi jarum pada papan skala hingga menunjukkan angka nol
5)       Letakkan kedua ujung kabel penyidik secara acak pada kedua kaki LDR
6)      Menggunakan lampu senter (flashlight) sinari permukaan LDR, jarum akan bergerak ke kanan. Menunjukkan nilai satuan ohm yang kecil, artinya LDR masih baik dan dapat digunakan
7)      Tutuplah permukaan LDR, jarum pada papan skala bergerak ke kiri, artinya LDR masih dapat digunakan
(catatan: ditempat gelap, nilai satuan ohm dari LDR= 1MW. Ditempat terang, nilai satuan ohm dari LDR = 100W)
d.   Mengukur thermistor
1)      Atur saklar pada posisi W
2)      Batas ukur (range) pada posisi x1, x10, x100 atau kW sesuai kebutuhan
3)      Ujung dari kedua kabel penyidik dipertemukan
4)      Menggunakan tombol pengatur posisi jarum pada angka nol (zero adjustment), atur posisi jarum pada papan skala hingga menunjukkan angka nol
5)      Letakkan kedua ujung kabel penyidik secara acak pada kedua kaki thermistor (NTCR atau PTCR)
6)      Pada pengukuran NTCR, dengan menggunakan korek api. Panasi NTCR, jarum pada papan skala menunjukkan nilai satuan ohm yang kecil, artinya NTCR masih baik dan dapat digunakan
7)      Pada pengukuran PTCR, dengan menggunakan korek api. Panasi PTCR, jarum pada papan skala menunjukkan nilai satuan ohm yang besar, artinya NTCR masih baik dan dapat digunakan

B.     Cara Membaca Nilai Kondensator dengan Kode Warna
1.      Menghitung Secara Manual
Secara umum nilai kondensator sudah tertera pada selubung pembungkusnya. Contohnya, jika pada badan kondensator tertera 350/450, karakteristik dari kondensator tersebut mempunyai tegngan kerja maksimum sebesar 350 volt, dan telah diuji (pabrik) pada tegangan 450 volt.
Selain itu, nilai kapasitas sebuah kondensator biasanya terlihat pada kode tulisan dan kode warnanya. Kondensator dengan kode warna mempunyai kapasitas kecil dan biasanya terbuat dari polyester.
Tabel warna kondensator elektrolit tantalum
Warna
Kode A
Kode B
(faktor kali)
Kode C
(toleransi)
Kode D
(tegangan)
Hitam
0
x1
±20%
Coklat
1
x101
-
100 volt
Merah
2
x102
-
250 volt
Jingga
3
x103
-
250 volt
Kuning
4
x104
-
400 volt
Hijau
5
x105
-
400 volt
Biru
6
-
-
630 volt
Ungu
7
-
-
630 volt
Abu-abu
8
-
-
630 volt
Putih
9
-
±10%
630 volt

Selain pengkodean diatas, ada juga pengkodean seperti pada gambar dibawah ini yang merupakan gambar dari kondensator elektrolit tantalum. Dari gambar tersebut dijelaskan bahwa kode A sampai kode C merupakan nilai kapasitas kondensator dalam satuan rF, sedangkan kode D merupakan besarnya tegangan kerja kondensator.
·         Pembacaan nilai kondensator:
Pada Kapasitor angka yang tertulis di badannya merupakan nilai kapasitansi kapasitor tersebut. Apabila pada badannya tertulis satu / dua angka maka bisa kita langsung baca kapasitasnya dengan satuan pF (pico farad).
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhyygeG0_D7d7mokZHCnx3kZ_Ta8wL0vs2F05CPw9aDL_ynhCeFy1OjN2yk3mNn924Wd8Ulna8oz1Qv2QYAj_pNfBW7aHVyXvEccqzm_tRrcwtzEWYmVScNUj4WMvR-MPrk8yeZvE6ACP4/s1600/Capasitor+keramik.jpg
Contoh, kapasitor keramik diatas tertuliskan dua angka 68, maka kapasitansi kapasitor tersebut adalah 68 pF. Sedangkan jika ada 3 angka, maka angka pertama dan kedua adalah nilai nominal, sedangkan angka ketiga adalah faktor pengali.
Mengindentifikasi dan Membaca Nilai Kapasitor
Pada gambar diatas tertulis angka 104 berarti angka pertama dan kedua menunjukkan nilai yaitu 10 dan angka ketiga angka 4 yang berarti faktor pengali = 10000, nilai kapasitor keramik tersebut adalah 10 ×10000=100000pF = 100 nF = 0,1 uF , berikut tabel pengali nilai kapasitor :
Mengindentifikasi dan Membaca Nilai Kapasitor
atau lebih mudahnya lihat gambar berikut :
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpdV5SQr_y2_4JcAefeBKMRzsXMkyGBJKm_MnvbyJKeeh3iPsezB9T55JGPgMARIYxC7qIoklJ2YDWLIBrBeJlEWlNmgFCY_1Yhsb7FQ4pWo8EG8dge8XKfmSRCa3rw4lkx4KQjXbGk7Q/s1600/Capasitor+keramik.jpg
Angka pertama dan kedua nilai nominal sedangkan angka ketiga banyaknya angka nol. Sehingga nilai capasitor diatas adalah 10000 pF = 10 nF = 0,01 uF.
Untuk kapasitor polyester nilai kapasitansinya bisa diketahui berdasarkan warna seperti pada resistor.
Mengindentifikasi dan Membaca Nilai Kapasitor

Mengindentifikasi dan Membaca Nilai Kapasitor
Contoh : Pada sebuah kapasitor pada badannya berwarna Coklat, Hitam, Orange. maka nilai kapasitansi (lihat tabel) condensator tersebut adalah : 103 = 10 x 1000 = 10000 pF = 10nF = 0,01 uF.
Seperti komponen lainnya, besar kapasitansi nominal kondensator ada toleransinya. Nilai toleransi Kondensator ditentukan dengan kode-kode angka atau huruf tertentu. Dengan tabel di bawah pemakai dapat dengan mudah mengetahui toleransi kapasitor yang biasanya tertera menyertai nilai nominal kapasitor. Misalnya jika tertulis 104 X7R, maka kapasitansinya adalah 100nF dengan toleransi +/-15%. Sekaligus diketahui juga bahwa suhu kerja yang direkomendasikan adalah antara -55Co sampai +125C.
Tabelnya sebagai berikut :
Mengindentifikasi & Membaca Nilai Kondensator
Mengindentifikasi & Membaca Nilai Kondensator
Tabel Karakteristik Kondensator
Mengindentifikasi & Membaca Nilai Kondensator 2
Tabel Karakteristik Toleransi Kapasitor
Dari tabel diatas kita bisa tahu, karakteristik kapasitor selain kapasitansi juga tak kalah pentingnya yaitu tegangan kerja dan temperatur kerja. Tegangan kerja adalah tegangan maksimum yang diijinkan sehingga kapasitor masih dapat bekerja dengan baik. Misalnya kapasitor 10uF25V, maka tegangan yang bisa diberikan tidak boleh melebihi 25 volt dc. Umumnya kapasitor-kapasitor polar bekerja pada tegangan DC dan kapasitor non-polar bekerja pada tegangan AC. Sedangkan temperatur kerja yaitu batasan temperatur dimana kapasitor masih bisa bekerja dengan optimal. Misalnya jika pada kapasitor tertulis X7R, maka kapasitor tersebut mempunyai suhu kerja yang direkomendasikan antara -55Co sampai +125Co. Biasanya spesifikasi karakteristik ini disajikan oleh pabrik pembuat. 
Satuan dalam kondensator disebut Farad. Satu farad = 9 x 1011 cm2 yang artinya luas permukaan kepingan tersebut menjadi 1 farad sama dengan 106 mikrofarad (mF), jadi 1mF = 9 x 105 cm2. Berikut satuan yang sering digunakan:
a)      1 farad = 1.000.000 mF (mikro farad)
b)      1 mF = 1.000.000 rF (piko farad)
c)      1 mF = 1.000 hF (nano farad)
d)     1 hF = 1.000 rF (piko farad)
e)      1 rF = 1.000 mmF (mikro-mikro farad)

·         Pembacaan nilai kondensator diuraikan sebagai berikut:
a.       Kondensator keramik
1)      Jika pada badannya tertulis = 103, nilai kapasitasnya 10.000 rF
2)      Jika pada badannya tertulis = 302, nilai kapasitasnya 3.000 rF
b.      Kondensator polyester
Pada dasarnya sama dengan kondensator keramik, begitu juga dengan menghitung nilainya
c.       Kondensator kertas
1)      Kapasitas 200 rF – 500 rF untuk daerah gelombang menengah (Medium Wave/MW) = 190 – 500 meter
2)      Kapasitas 1.000 rF – 2.200 rF untuk daerah gelombang pendek (Short Wave/SW) SW 1 = 40 – 130 meter
3)      Kapasitas 2.700 rF – 6.800 rF untuk daerah gelombang SW 1, 2, 3 dan 4 = 13 – 49 meter.

2.      Menghitung dengan Multimeter
Tujuan utama mengukur kondensator elektrolit atau elco adalah untuk mengetahui keadaan kondensator tersebut apakah bocor atau tidak. Berikut langkah-langkah mengukur nilai kondensator dengan menggunakan multimeter.
a.    Arahkan saklar ke posisi W (x1, x10, x100 sesuai yang dikehendaki).
b.    Hubungkan kabel multimeter ke kaki-kaki kondensator (kabel hitam ditempelkan ke kaki yang posiyif, sedangkan kabel merah ditempelkan ke kaki yang negatif)
c.    Lihat jarum yang dihasilkan pada papan skala
  Jika jarum bergerak ke kanan dan kembali ke kiri, berarti kondensator baik.
  Jika jarum bergerak ke kanan dan kembali ke kiri tetapi tidak penuh (di tengah), berarti kondensator setengah rusah atau aus
  Jika jarum bergerak ke kanan dan berhenti, berarti kondensator bocor
  Jika jarum tidak bergerak sama sekali, berarti kondensator mati

C.     Cara Membaca Nilai Dioda
1.      Dioda Penyearah
a.       Arahkan saklar keposisi W (x1, x10, x100 sesuai yang dikehendaki
b.      Hubungkan kabel multimeter ke kaki-kaki dioda (kabel hitam ditempelkan pada kaki anoda (-), sedangkan kabel merah ditempelkan pada kaki katoda (+). Jika jarum bergerak, berarti dioda baik. Jika jarum tidak bergerak, berarti dioda putus atau rusak
c.       Pindahkan pencolok kabel hitam ke kaki katoda, sedangkan kabel merah kekaki anoda. Jika jarum bergerak, berarti dioda tersebut baik. Jika jarum tidak bergerak, maka dioda tersebut putus atau rusak
d.      Cara diatas juga dapat digunakan untuk mengetahui mana anoda dan mana katoda dari suatu dioda jika gelangnya terhapus
e.       Arahkan ke VDC untuk mengetahui jenis dari bahan dioda. Bila tegangan katoda-anoda 0,2 volt,  kemungkinan dari bahan germanium. Jika tegangan anoda-katoda 0,6 volt kemungkinan dari bahan silikon.
2.      Dioda Pemancar Cahaya (LED)
a.       Arahkan saklar keposisi W (x1, x10, x100 sesuai yang dikehendak
b.       Hubungkan kabel multimeter ke kaki-kaki LED
c.       Jika LED menyala berarti baik. Jika LED tidak menyala, berarti putus atau rusak
d.      Untuk 7-segmen, hubungkan kabel hitam dikaki bagian tengah. Periksa tiap kaki dengan kabel merah, jiak pengukuran tiap kaki menyala berarti LED baik.
3.      Membaca Dioda Zener
Jenis nomor kode yang ditunjukkan pada tubuh dioda zener cukup banyak. Tampilan dan bentuk sebuah dioda zener keliru sometimescan menjadi sinyal normal dioda. Cara membedakannya adalah dengan melihat kode number pada tubuh itu-apakah itu normal atau dioda zener. Satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan mengacu nomor kode yang tercetak pada komponen tubuh dari sebuah buku data semikonduktor. Tanpa buku data sangat sulit untuk mengetahui yang sebenarnya tegangan dioda zener. Cara membaca kode dioda zener adalah sebagai berikut:
a.       5. 1 = 5. Dioda zener 1Volt
b.      5V1 = 5. Dioda zener 1Volt
c.       12 = 12 Volt dioda zener
d.      12V = 12 Volt dioda zener
BZX85C22 = 22Volt 1 watt dioda zener (lihat EKG PHILIPS PETUNJUK PENGGANTIAN MASTER semikonduktor)
BZY85C22 = 22Volt 1 / 2 watt dioda zener (lihat EKG PHILIPS PETUNJUK PENGGANTIAN MASTER semikonduktor)
Catatan: Ada juga bagian nomor seperti BZVXXXXX di mana Anda harus mencari dari EKG SEMICONDUCTOR BOOK.
1N4746 = 18 Volt 1 watt dioda zener (lihat EKG PHILIPS PETUNJUK PENGGANTIAN MASTER semikonduktor)
6C2 = 6. 2 Volt dioda zener. (Jika Anda melihat kode dioda zener ini ditulis sebagai TOP DARI 6C2 BACAAN UNTUK BOTTOM) Jangan membaca dari bawah ke atas jika tidak, nilai yang akan didapatkan adalah yang 2C6.
Pemeriksaan nomor bagian dari sebuah dioda zener harus dicermati. Sebuah dioda yang memiliki sinyal kecil belum tentu merupakan dioda zener. Pengamatan pada papan utama dan membaca dioda zener nomor bagian mengacu pada buku semikonduktor, sebaiknya EKG SEMICONDUCTOR DATA BUKU yang dapat diperoleh dari distributor elektronik.
D.    Cara Membaca Nilai Induktor
Untuk mengetahui kondisi putus tidaknya sebuah pengantar insuktor sebagai berikut:
1.     Atahkan saklar ke posisi W meter (R x1k)
2.     Hubungkan kedua pencolok pada masing-masing ujung pengantar
3.     Perhatikan arah atau pola induktor, pencolok hitam dihubungkan pada ujung pengantar pertama, sedangkan pencolok merah pada ujung yang lainnya
4.     Jika jarum bergerak, berarti kondisi induktor baik. Jika jarum tidak bergerak sama sekali, berarti induktor putus.
Perhitungan nilai inductor dalam sebuah rangkaian seri dan parallel.
1.   Rangkaian Seri
Rumus untuk menghitung induktor seri adalah sebagai berikut :
LTotal = L1 + L2 + L3

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg-rDz7V7durZnHha6tKLWyxintUxXavZDGLnZeFYvxk9E3Y7tIofx1obJJgCs3sHdunsaMVlQMbOC636-aE9ejwllmTzC2I_c62GnsJhNcxsqRLbgrzdlPrWo7rGzWd-e5zJ2Ye3UrqeA/s200/images+%281%29.jpg
Contoh :
RTotal = L1 + L2 + L3
Rtotal=2ohm + 3ohm + 6ohm = 11ohm

2.   Rangkaian Paralel
Rumus untuk menghitung induktor paralel adalah sebagai berikut :
1/LTotal = 1/L1 + 1/L2 + 1/L3
LTotal = 1/(1/L1 + 1/L2 + 1/L3
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiBv9G4Nz4XygcL0pb2zzBKJmdZaQJ-KE2u7DYSERl_chB9DycExH-wBhCsUFZtwEikQyHOWxPmUgIEeUPwrQRlDVxozmk1mk9-6GD8auZKijkQ-qPHL_MV8tV8XBvPYiDIsS_FAZMOLr8/s200/images+%282%29.jpg
Contoh:
1/Ltotal     = 1/L1 + 1/L2 + 1/L3
= 1/3 + 1/2 + 1/6
= 2/6 + 3/6 + 1/6
= 6/6
Ltotal  = 1/(6/6)
= 1/1
= 1 Ohm

3.   Rangkaian Seri Paralel
Rumus Seri(L1 + L2 + L3)+ Rumus Paralel(1/L1 + 1/L2 + 1/L3)
Contoh:
Lt               = 1/L1 + 1/L2 + L3
1/Lt1           = 1/56 + 1/33
1/Lt1           = 89/1848
89Lt1          = 1848
Lt1              = 1848/89
Lt1              = 20,8 ohm

E.     Cara Membaca Transistor dan Stabilizer
Menghitung nilai transistor, diantaranya sebagai berikut:
1.      Menguji dan mengukur transistor jenis NPN & PNP
a.     Transistor jenis NPN
1)      Arahkan saklar ke posisi W x 100
2)      Hubungkan kabel multimeter pencolok hitam pada basis dan merah pada kolektor, jarum harus menyimpang ke kanan. Bila pencolok merah dipindahkan ke emitor, jarum harus ke kanan lagi. Hubungkan pencolok merah pada basis dan pencolok hitam pada kolektor, jarum harusnya tidak menyimpang dan jika pencolok hitam dipindahkan ke emitor, jarum juga harus tidak menyimpang
3)      Arahkan saklar pada 1k
4)      Hubungkan pencolok hitam pada kaki kolektor dan merah pada kaki emitor, jarum harus sedikit menyimpang ke kanan. Jika dibalik, jarum harus tidak meyimpang. Jika salah satu peristiwa tersebut tidak terjadi, kemungkinan transistor rusak.
b.     Transistor jenis PNP
1)      Arahkan saklar ke posisi W x 100
2)      Hubungkan kabel multimeter pencolok hitam pada basis dan merah pada kolektor, jarum harus menyimpang ke kanan. Bila pencolok merah dipindahkan ke emitor, jarum harus ke kanan lagi. Hubungkan pencolok merah pada basis dan pencolok hitam pada kolektor, jarum harusnya tidak menyimpang dan jika pencolok hitam dipindahkan ke emitor, jarum juga harus tidak menyimpang
3)      Cara diatas juga dapat digunakan untuk mengetahui mana kaki basis, kolektor dan emitor suatu transistor
4)      Arahkan VDC untuk memperkirakan  bahan transistor.pengujian dapat dilakukan pada kaki basis dan emitor. Jika voltase yang dihasilkan 0,2 volt, kemungkinan dari bahan germanium. Jika nilai voltasenya 0,6 volt, kemungkinan dari bahan silicon.
Berikut adalah contoh nilai tahanan (resistance) dari beberapa transistor dimana “dioda” emitor-basis dan “dioda” kolektor-basis untuk transistor jenis PNP dan NPN mendapatkan tegangan panjar maju (forward blas).
KODE
TIPE
DIODA
RESISTANCE
KONDISI
2SA671
PNP
Emitor-Basis
16,5W
BAIK
Kolektor-Basis
16W
BAIK
2SB54
PNP
Emitor-Basis
8W
BAIK
Kolektor-Basis
7W
BAIK
2SA101
PNP
Emitor-Basis
12W
BAIK
Kolektor-Basis
11,5W
BAIK
BC547B
NPN
Basis-Emitor
21W
BAIK
Basis-Kolektor
20W
BAIK
BC108
NPN
Basis-Emitor
22W
BAIK
Basis-Kolektor
21W
BAIK
FCS9014B
NPN
Basis-Emitor
20W
BAIK
Basis-Kolektor
19,5W
BAIK

2.      Menguji transistor jenis FET
Cara menguji transistor jenis FET adalah sebagai berikut:
a.       Arahkan saklar ke posisi W x 100
b.      Hubungkan kabel multimeter pencolok hitampada source dan merah pada gate. Jika jarum menyimpang, jenis FET adalah kanal P dan jika tidak, FET adalah kanal N
c.       Arahkan saklar pada x1k atau x10k, potensio harus minimum dan resistansi harus kecil. Jika potensio diputar ke kanan, resistansi harus tak terhingga. Jika peristiwa ini tidak terjad, kemungkinan FET rusak

3.      Menguji transistor jenis UJT
Cara kerja UJT seperti switch, jika masih bisa on-off, berarti transistor tersebut masih baik. Berikut langkah-langkah pengujian transistor UJT.
a.       Arahkan saklar pada 10 VDC dan potensio pada minimum, tegangan harus kecil
b.      Setelah potensio diputar, pelan-pelan jarum akan naik sampai posisi tertentu. Jika jarus diputar pelan-pelan kearah minimum ladi dan pada posisi tertentu, jarum akan bergerak kekiri. Jika putaran potensio diteruskan sampai minimum, jarum akan tetap diam. Jika peristiwa tresebut terjadi, berarti komponen UJT tersebut masih baik
Menghitung nilai stabilizer
Stabilizer atau Automatic Voltage Regulator – AVR (Pengatur Otomatis Voltase Listrik) atau lebih sering disebut dengan Stavol, fungsinya adalah untuk menjaga lonjakan mendadak voltase listrik yang masuk ke dalam satu / beberapa perangkat elektronik. Secara sederhana, proses kerjanya adalah menampung sementara daya listrik yang masuk, kemudian menyalurkannya pada perangkat elektronik hanya sebatas konsumsi daya dan voltase kebutuhan perangkat tersebut. Secara teori, kualitas keluaran daya listrik dari unit stabilizer sudah dalam batas aman untuk dijadikan konsumsi sumber daya perangkat elektronik yang menerima.
Pada dasarnya, setiap unit stabilizer memiliki standar ukuran dan batas kemampuan sesuai dengan kapasitas fisiknya dalam menerima sumber daya yang menjadi masukkan dari instalasi listrik terpasang di rumah.
Jika lonjakan voltase listrik yang terjadi cukup tinggi diatas kapasitas stabilizer, dapat menghasilkan dampak negatif terhadap fisik unit stabilizer itu sendiri, diantaranya :
1.       sikring stibilizer menjadi putus
2.       kumparan tembaga pada unit stabilizer terbakar (hangus)
3.       peralatan elektronik yang terhubung pada unit stabilizer menjadi rusak (biasa terjadi pada stabilizer bermutu rendah)..
kapasitas stabilizer yang dibutuhkan untuk dipasang di rumah, tentunya berkaitan erat dengan besar kapasitas instalasi listrik PLN di rumah tersebut. Langkahnya yaitu menambahkan nilai kapasitas daya listrik di rumah sebesar 25%. Jadi, untuk rumah dengan instalasi 1300 VA, dibutuhkan stabilizer berkapasitas >=1733 VA.
Satuan daya yang tertera pada stabilizer, pada umumnya menggunakan satuan VA (Volt Ampere), bukan Watt.
Garis besar pengertian yang dapat diperoleh dari pembahasan perbedaan kedua satuan daya di artikel tersebut adalah VA merupakan daya semu. Sedangkan Watt merupakan daya sebenarnya. Untuk mengkonversi nilai VA ke Watt, diperlukan satu nilai lagi dari satuan yang dinamakan Faktor Daya. Default / standar nilai Faktor Daya yang biasa ditemukan pada perangkat elektronik (mis. UPS atau stabilizer) adalah 0,8. Sehingga nilai daya sebenarnya (Watt) perangkat elektronik berdaya 3000 VA adalah : 3000 x 0,8 = 2400 Watt.
Jika kapasitas stabilizer harus lebih besar 25% dari instalasi daya sebenarnya yang terpasang di rumah, maka kapasitas kebutuhan Watt dari stabilizer adalah :
1300 / 0,75 = 1733,33 Watt
Jika di konversi ke dalam satuan VA, akan menjadi :
1733,33 / 0,8 = 2166,67 dibulatkan ke atas : 2167 VA
Jadi kapasitas daya VA terendah dari stabilizer yang hendak dipasang di rumah berdaya 1300 sebaiknya 2167 VA. Seandainya stabilizer dengan kapasitas tersebut tidak ada, diusahakan menggantinya dengan kapasitas yang lebih tinggi (>=2500 VA). Tindakan ini diambil untuk menjaga kemungkinan kapasitas asli unit stabilizer itu sendiri lebih rendah dari yang tertulis pada kemasannya.
Terdapat kemungkinan bahwa anjuran untuk menaikkan kapasitas stabilizer lebih besar 25% dari kapasitas daya listrik terpasang di rumah adalah untuk menambah nilai Faktor Daya sebesar 0,8 yang dimilikinya (stabilizer). Hal ini menjadikan stabilizer memiliki besaran kapasitas daya sebenarnya (minimal) sama dengan kapasitas daya sebenarnya dari listrik yang terpasang di rumah. Besaran nilai Faktor Daya berada pada kisaran  0,8 (terendah) hingga 1 (tertinggi). Namun, nilai Faktor Daya dapat lebih kecil dari 0,8. Tinggi-rendahnya nilai Faktor Daya akan mempengaruhi jumlah daya yang dikonsumsi oleh perangkat elektronik. Semakin kecil nilai Faktor Daya, semakin besar jumlah daya yang dikonsumsi. Beberapa informasi mengenai UPS yang saya dapatkan, nilai Faktor Daya sebesar 0,7 merupakan nilai cukup ideal bagi sebuah UPS. Dari semua informasi-informasi tersebut, saya menyimpulkan bahwa terdapat satu area / ruang yang cukup luas untuk dapat dipahami sepenuhnya mengenai Faktor Daya.
Logika gampangnya adalah jika kapasitas listrik terpasang di rumah sebesar 1300 VA dengan nilai Faktor Daya sebesar 1, maka besar daya sebenarnya adalah 1300 Watt. Sehingga untuk meng-cover-nya, dibutuhkan stabilizer berkapasitas minimal 2167 VA sebagaimana yang telah dicontohkan sebelumnya. Seandainya kapasitas listrik terpasang sebesar 1300 VA dengan Faktor Daya sebesar 0,8; maka dibutuhkan stabilizer berkapasitas VA sedikit lebih besar untuk meng-covernya. Jadi, jika anda merasa yakin kapasitas listrik terpasang di rumah sebesar 1300 VA memiliki Faktor Daya sebesar 0,8; cukup menggunakan stabilizer berkapasitas minimal 1733 VA saja.
Ilustrasi dalam pemasangan stabilizer dalam rumah yaitu memerlukan keluaran daya listrik dari meteran, mengalir masuk ke MCB dalam rumah. Keluaran daya dari MCB, dialirkan sebagai masukkan daya untuk stabilizer. Keluaran daya listrik dari stabilizer inilah yang kemudian disebarkan ke seluruh rumah.
Memasang Stabilizer di Rumah 1-updt
Gambar 1 : Sebelum pemasangan Stabilizer
Memasang Stabilizer di Rumah 2-updt
Gambar 2 : Setelah Pemasangan Stabilizer
Stabilizer terbagi atas 4 jenis yang dapat digunakan untuk kebutuhan skala rumah tinggal, yaitu servo-motor, relay, digital-relay dan ferro-resonant.

F.      Cara Membaca Nilai IC
1.      Cara membaca nomor urut kaki IC
Integrated Circuit (IC) yang berbentuk bulat dan dual in line, kaki-kakinya diberi bernomor urut dengan urutan sesuai arah jarum jam, kaki nomor SATU selalu diberi tanda titik (bulatan kecil). Setiap IC ditandai dengan nomor type, nomor type ini biasanya menunjukkan jenis IC, jadi bila nomornya sama maka IC tersebut sama fungsinya. Kode lain menunjukkan pabrik pembuatnya, misalnya operational amplifier type 741 dapat muncul dengan tanda uA741, LM741, MC741, RM741, SN72741 dan sebagainya.








BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
1.      Resistor adalah suatu komponen elektronik yang memberikan hambatan terhadap perpindahan elektron negatif
2.      Kondensator ataupun Kapasitor adalah suatu alat yang dapat menyimpan energi didalam medan listrik, dengan cara mengumpulkan ketidakseimbangan internal dari muatan listrik
3.      Dioda adalah komponen elektronik yang memiliki dua elektroda, yaitu anoda dan katoda. Arus listrik yang mengalir hanya satu arah yaitu dari anoda ke katoda
4.      Transistor adalah komponen semikonduktor yang dirancang sebagai penguat arus listrik
5.      Induktor merupakan komponen elektronik pasif yang dapat menghasilkan tegangan listrik berbanding lurus dengan perubahan sesaat dari arus listrik yang mengalir
6.      Integrated Circuit (IC) adalah suatu komponen elektronik yang dibuat dari bahan semi konduktor, dimana IC merupakan gabungan dari beberapa komponen seperti Resistor, Kapasitor, Dioda dan Transistor yang telah terintegrasi menjadi sebuah rangkaian berbentuk chip kecil
7.      Pengukuran dengan manual atas komponen elektronika dapat secara langsung dilihat pada keterangna di komponennya
8.      Pengukuran dan pengujian dengan multimeter guna mengetahui keadaan komponen elektronika tersebut apakah rusak atau masih bisa digunakan
B.     Saran
Agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik dan tujuan yang diinginkan akan tercapai, maka disarankan kepada rekan-rekan mahasiswa yang mendapatkan pelajaran elektronika khususnya, dapat memahami terlebih dahulu mengenai komponen-komponen elektronika dan dapat mempraktikan cara menghitung dan mengukur nilai dari komponen eletronika tersebut.










0 komentar:

Posting Komentar